Minggu, 06 Februari 2011

MENULIS CERITA, YUK!


Seseorang yang menulis tentu punya tujuan atau harapan. Ia mungkin ingin mengungkapkan hasil pengamatan, hasil percobaan, hasil wawancara, gagasannya sendiri dengan dukungan data atau fakta yang dapat diuji kebenarannya. Sebaliknya, ada juga orang yang menulis cerita melalui imajinasi/mengkhayal ataupun sesuatu yang pernah terjadi secara faktual tetapi sudah ditambah-tambah, dikurangi, diganti, difiktifkan sehingga tak dapat lagi dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Tulisan-tulisan yang mengungkapkan sesuatu yang dapat dibuktikan kebenarannya disebut tulisan atau karangan ilmiah atau karangan faktual, karangan nonfiksional. Sebaliknya, tulisan yang tak dapat dibuktikan kebenarannya disebut tulisan atau karangan fiksional.

Cerita merupakan bentuk lain tulisan/karangan fiksional yang memiliki struktur yang berbeda dengan puisi. Hal ini terjadi karena cerita dimaksudkan untuk memaparkan peristiwa tertentu yang dialami oleh tokoh tertentu di tempat tertentu dalam rentang waktu tertentu dengan pola tulis yang khas, berbeda dengan pola tulis puisi ataupun naskah drama. Karenanya, kegiatan dan tahapan menulis sebuah cerita menjadi lebih kompleks. Ketika di SD sudah mulai belajar menulis cerita melalui kegiatan belajar menulis sinopsis cerita-cerita yang telah dibaca. Dalam kegiatan tersebut kamu secara tidak langsung melihat bagaimana pengarang cerita yang kamu baca mengurut peristiwa dalam ceritanya, menghidupkan tokoh, menggambarkan latar cerita, menggunakan kata dan kalimat.
Kamu dapat mencoba melanjutkan cerita yang belum selesai atau bagian awal dan tengah yang sengaja dibuang/dihilangkan. Bila telah selesai lalu kamu cocokkan kembali dengan bagian-bagian tersebut. Hasilnya bisa saja sama ataupun berbeda dengan cerita asli. Tapi itu tak jadi soal. Kamu seorang yang kreatif. Selanjutnya, kamu dapat juga mencoba menciptakan peristiwa lain sesuai dengan imajinasimu setelah membaca sebuah cerita. Kamu mungkin tidak setuju kalau tokoh dalam cerita yang di baca harus meninggal pada akhir cerita. Karena itu, ciptakan saja peristiwa lain yang lebih cocok menurutmu hingga akhir cerita tersebut menjadi berbeda, dari sad ending ke happy ending.
Sebelum menulis ada beberapa tahapan yang perlu kamu lakukan:
Langkah pertama:
Sebelum menulis cerita, buatlah kerangka cerita atau jembatan keledai. Dalam kerangka itu termuat:
1. Pokok persoalan yang akan diceritakan;
2. Tokoh yang mengalami persoalan tersebut;
3. Tempat dan waktu terjadinya peristiwa;
4. Konflik yang dialami oleh tokoh;
5. Cara tokoh menyelesaikan konflik;
6. Nasib tokoh pada akhir cerita;
7. Dan posisi kamu sebagai pembuat cerita.
Pokok persoalan, tokoh, dan peristiwa yang diangkat dalam cerita mungkin saja berupa kejadian nyata yang kamu alami, dengar, baca ataupun kamu lihat dalam kehidupan sehari-hari yang sudah ditambah dengan imajinasi sehingga sukar dibuktikan kebenarannya oleh pembaca. Tentu saja tidak semua pokok persoalan ataupun peristiwa layak diangkat menjadi sebuah cerita karena cerita yang kuat lazimnya menyajikan pokok persoalan yang unik, yang menarik untuk diceritakan, dan memberikan suatu pencerahan pada pembaca.
Langkah Kedua:
Membuat cerita pembuka, misalnya:
1. Perkenalkan tokoh yang akan mengalami peristiwa dalam ceritamu. Perkenalan ini biasanya dibuat dalam bentuk deskripsi fisik ataupun mental sang tokoh, baik dalam bentuk uraian langsung, maupun dalam bentuk monolog ataupun dialog sang tokoh dengan tokoh lain.
2. Gambarkan lingkungan alam tempat tokoh berada. Kamu dapat saja memulai cara ini dengan deskripsi cuaca, kegiatan manusia/hewan dan sebagainya.
3. Penempatan satu peristiwa tertentu yang kamu anggap kuat atau penting dalam cerita tersebut.
Langkah Ketiga
Tentukan apa yang akan kamu ceritakan di awal, di tengah dan diakhir cerita. Bila kamu memulai cerita dengan pengenalan tokoh atau lingkungan alam tempat tokoh berada lalu dilanjutkan dengan peristiwa lain secara kronologis (urut waktu kejadian), kamu menggunakan alur maju. Sebaliknya, bila kamu memulai cerita dengan peristiwa tertentu yang menjadi klimaks atau peristiwa lain yang kamu anggap kuat lalu  dilanjutkan dengan penjelasan sebab-sebab terjadinya hal itu melalui sistem kilas balik, flashback, kamu telah menggunakan alur mundur.
Langkah Keempat:
Saat membuka cerita kamu sudah harus menentukan di mana posisimu sebagai penulis atau pencerita. Artinya kamu harus memilih: bermain dalam ceritamu atau jadi penonton saja. Bila kamu ikut bermain di dalamnya, sebaiknya menggunakan sudut pandang aku. Semua hal dalam cerita mengalir dari tokoh aku. Sudut pandang ini memudahkanmu dalam memaparkan berbagai hal tentang tokoh aku, termasuk pemikirannya, perasaannya dan sebagainya. Sebaliknya, bila kamu bertindak sebagai penonton, kamu mencoba menceritakan apa yang dapat kamu amati, dengar dan baca tentang tokoh tertentu dalam cerita. Saat itu kamu berada di luar cerita dan bertindak sebagai pelapor atau komentator. Kadang-kadang, dalam cerita-cerita yang telah terpublikasikan, pelapor atau komentator menjadi orang yang mahatahu. Ia tahu juga apa yang dirasakan, dipikirkan dan yang terbersit dalam hati tokoh.
Langkah Kelima:
Usahakan agar tokoh ceritamu hidup, seperti layaknya tokoh dalam dunia keseharian. Kalau tokohnya binatang atau pohon, binatang dan pohon itu mirip dengan binatang dan pohon yang ada dalam kehidupan. Sebaliknya, kalau tokoh ceritamu adalah manusia, tokoh tersebut idealnya memiliki sifat/watak seperti manusia pada umumnya. Ia memiliki sifat kemanusiaan. Karena itu tokoh sebaiknya tergambar secara detail, baik fisik maupun mental/jiwa/perasaannya. Kamu boleh saja menyebut atau menguraikan secara langsung ciri-ciri fisik ataupun perasaan tokoh yang kamu ceritakan. Cara ini disebut cara atau teknik analitik. Kamu juga dapat menghadirkan kondisi fisik, tabiat dan perasaan tokoh melalui dialog tokoh dengan dirinya sendiri, dialog antartokoh, tanggapan tokoh lain, ataupun penggambaran lingkungan tokoh. Cara ini disebut teknik dramatik. Kadang-kadang, penggambaran latar cerita dan penggunaan diksi atau kata-kata dalam dialog tokoh, seperti ungkapan-ungkapan daerah/lokal, dapat membantu memperjelas identitas dan watak tokoh.
Langkah Keenam
Kalau kamu kehabisan kata, beristirahatlah. Kalau masih sanggup, lanjutkan cerita dengan pemaragrafan peristiwa-peristiwa yang sudah kamu rancang dalam tahap pertama. Ingat, sebagai sebuah refleksi realitas keseharian, usahakan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh berlangsung dalam suatu urut waktu ataupun sebab akibat. Gunakan juga dialog ataupun monolog dalam paragraf-paragraf cerita untuk membantu menjelaskan mengapa peristiwa atau hal tertentu terjadi dan bagaimana reaksi tokoh utama atau tokoh lain terhadap peristiwa tersebut. Ingat, dialog ataupun monolog akan sangat membantu dalam memperkenalkan dan mengembangkan watak tokoh dalam cerita sehingga mirip dengan realitas keseharian. Usahakan agar kamu tidak mengurut peristiwa atau memperkenalkan tokoh dalam bentuk singkat kata atau singkat cerita.
Langkah Ketujuh:
Usahakan menjalin peristiwa yang akan diceritakan sehingga menghasilkan konflik cerita. Konflik dalam cerita dapat berupa konflik antara tokoh dengan tokoh lain, konflik antara tokoh dengan dirinya sendiri dan konflik antara tokoh dengan alam atau lingkungan. Hal ini perlu karena kekuatan sebuah cerita sangat bergantung pada konflik yang dialami oleh tokoh dalam cerita. Konfliklah yang membuat pembaca menjadi hanyut, larut, ingin tahu kelanjutan dan menghembus napas lega ataupun menangis pada akhir cerita.
Langkah Kedelapan:
Tutup atau akhiri cerita bila peristiwa yang dirancang dalam corat-coret awal sudah habis. Jangan terburu nafsu untuk menambah peristiwa-peristiwa lain yang akan membuat cerita menjadi kepanjangan, bertele-tele. Nanti, kalau sudah bosan jadi cerpenis buat cerita lain yang lebih panjang (novelet) atau sekalian saja dalam bentuk yang mahapanjang (novel). Dalam paragraf tersebut kamu dapat menggambarkan keberhasilan tokoh menyelesaikan konflik yang dihadapinya (happy ending) atau sebaliknya membiarkan tokoh pasrah, mati pada akhir cerita. Kalau kamu tak dapat memilih, kasihan pada tokoh ceritamu, biarkan saja cerita itu menggantung tanpa penyelesaian, biarkan saja pembaca menjadi penasaran dan menyelesaikan sendiri cerita tersebut.
Langkah Kesembilan:
Simpan dulu cerita yang sudah ditulis. Kalau ada teman yang mau membaca karyamu, alhamdulillah. Minta komentar sang teman setelah membaca cerita tersebut. Jangan marah kalau komentarnya tidak sesuai dengan harapanmu. Semua komentar atau tanggapan harus kamu terima dengan hati yang lapang. Kalau kamu setuju dengan saran atau komentar temanmu, ubah saja seperlunya. Kamu dapat juga melakukan evaluasi terhadap karyamu secara mandiri. Saat ada waktu luang atau menjelang tidur malam, baca ulang apa yang sudah kamu tulis. Tanyakan:
1. apakah pokok persoalan yang mau kusampaikan telah tersampaikan dalam cerita ini?
2. apakah peristiwa-peristiwa yang kupilih ini mampu menyampaikan tema tersebut?
3. apakah tokoh yang kupilih cocok untuk menyampaikan tema tersebut?
4. apakah tokoh dan peristiwa dalam cerita mirip dengan realitas sehari-hari?
5. apakah kata atau bahasa yang kugunakan dalam cerita ini memikat, mudah dipahami oleh pembaca?
Langkah Kesepuluh:
Hasil evaluasi tersebut akan mengarahkanmu untuk memperbaiki cerita yang sudah kamu hasilkan. Bila kamu merasa tak ada lagi yang perlu diperbaiki, coba saja kirimkan karyamu ke surat kabar lokal ataupun nasional. Jangan lupa berdoa agar karyamu dimuat. Kalau tidak juga dimuat setelah kamu kirim, tidak perlu putus as. Kamu harus terus berkarya: menulis, menulis, dan menulis lagi. Suatu saat karyamu pasti terpublikasikan. Yakin sajalah.
Langkah Kesebelas:
Banyak-banyaklah membaca. Orang bilang, “penulis yang baik adalah juga pembaca yang baik”. Kalau ingin jadi penulis yang hebat, kamu harus banyak membaca karya yang sudah ditulis oleh penulis yang hebat. Lihatlah bagaimana penulis tersebut mengemas peristiwa tertentu dalam ceritanya. Lihat juga diksi/kata-kata yang digunakan, kalimatnya, dan sebagainya. Kamu boleh mencontoh hal yang kamu anggap kuat. Tapi, jangan menjiplak. Buatlah kreasi, buat cerita hasil karyamu sendiri.
Selamat berkarya. Semangat p(^_^)q 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar